NKRI DI ATAS NERACA; Sebuah Refleksi Kedaulatan, Ketahanan, dan Kesejahteraan Negara

on Minggu, 11 November 2012

NKRI DI ATAS NERACA;
Sebuah Refleksi Kedaulatan, Ketahanan, dan Kesejahteraan Negara

Indonesia merupakan negara maritim atau kepulauan terbesar di dunia yang antara pulau satu dengan pulau lainnya dipisahkan oleh laut. Sebagai sebuah negara maritim Indonesia memiliki nilai strategis yang memperoleh pengakuan dari dunia internasional.
Laut bagi bangsa Indonesia memiliki arti sebagai medium pertahanan dan keamanan negara yang berorientasi pada perkembangan lalu lintas laut dan jenis kapal yang beraneka ragam dengan segala macam dampaknya bagi negara Indonesia. Selain itu, laut juga sebagai medium harapan masa depan. Hal itu karena secara ekonomis, laut dapat mencadangkan sumber-sumber kekayaan laut.
Dengan jumlah dan jenis kekayaan laut yang beragam serta letak Indonesia pada posisi silang jalur laut menyebabkan kerawanan yang diakibatkan oleh konflik antarindividu maupun negara dalam menyelenggarakan kepentingan masing-masing. Konflik ini semakin tajam manakala manusia menyadari bahwa sumber daya alam di darat semakin berkurang dan kemajuan IPTEK kelautan lebih menjanjikan untuk melaksanakan eksploitasi dan eksplorasi di laut. Penegakan kedaulatan di laut tidak dapat dilaksanakan tanpa memahami batas wilayah / wilayah teritorial serta peraturan-peraturan perundangan yang mendasari penegakan kedaulatan tersebut yang secara keseluruhan pada hakekatnya bersifat dan bertujuan untuk ketertiban, keamanan (security), dan kesejahteraan (prosperity) dengan memperhatikan hubungan internasional (international relation).
Pada era globalisasi, kejahatan di perbatasan Indonesia dengan negara tetangga justru tampak terabaikan. Perbatasan seolah teralienasi dari hiruk-pikuk kemajuan negara. Hal tersebut akan menguntungkan pelaku kejahatan lintas negara. Hampir semua jenis kejahatan tingkat lintas negara yang bernilai ekonomi tinggi memanfaatkan kelemahan di kawasan perbatasan.
Penetapan dan penegakan batas wilayah merupakan hal yang sangat krusial karena menyangkut kedaulatan wilayah Indonesia di laut. Aspek perekonomian (pemanfaatan sumber daya alam dan jasa-jasa lingkungan kelautan), dan aspek hankam serta stabilitas kawasan merupakan hal yang fital dalam sebuah sistem kenegaraan.
Ini merupakan sebuah ironi jika Indonesia sebagai pelopor konsep negara kepulauan lantas nantinya tertinggal dalam pengamanan kedaulatan wilayahnya. Sekiranya hal ini terjadi maka posisi Indonesia secara geopolitik akan lemah. Jika sudah lemah dapat memicu berbagai sengketa di wilayah laut yang sulit diatasi, apalagi dengan kekuatan militer maritim yang demikian kecil. Peristiwa Sipadan/Ligitan dan peristiwa Ambalat merupakan peringatan dini terhadap kemungkinan masalah lebih besar di kemudian hari.
Wilayah laut yang demikian luas dengan pulau-pulau yang mayoritas kecil memberikan akses pada sumber daya alam seperti ikan dan terumbu karang, minyak dan gas bumi, serta mineral. Akses-akses itu merupakan kekayaan biologi yang bernilai ekonomi tinggi. Selain itu, laut juga dapat dimanfaatkan sebagai wilayah wisata bahari yang tidak kalah ekonomisnya dengan hal-hal di atas. Namun sayangnya keuntungan yang luar biasa di atas sebagai konsekuensi jati diri bangsa nusantara tidak disertai dengan kesadaran dan kapasitas yang sepadan. Bangsa Indonesia masih mengidap kerancuan identitas. Di satu pihak, Indonesia mempunyai persepsi kewilayahan tanah air, tetapi memosisikan diri secara kultural sebagai bangsa agraris dengan puluhan juta petani miskin yang belum sanggup disejahterakan,
               Berbagai rencana di bidang kelautan dan kemaritiman dibuat dan dideklarasikan, namun kelembagaan kelautan, pembangunan perekonomian maritim dan pembangunan sumber daya manusia belum pernah dijadikan arus utama pembangunan nasional yang didominasi oleh kepentingan daratan semata. Dewan Kelautan Nasional memang dibuat tetapi dengan mandat terbatas dan menduduki hirarki yang tidak signifikan dalam kelembagaan pemerintahan.
               Di balik semua itu, masyarakat di sekitar perbatasan sampai saat ini  masih mengalami nasib yang memperihatinkan karena minimnya perhatian pemerintah. Perbedaan mencolok terlihat antara masyarakat wilayah pusat dengan wilayah perbatasan dan sekitarnya. Di wilayah perbatasan tampak bangunan sangat sederhana atau kasarnya disebut gubuk. Kondisi jalan juga memprihatinkan dan infrastruktur yang ada jelas tidak sedap dipandang mata, bahkan bisa memilukan hati. Sebaliknya, di wilayah pusat, terdapat jalan berhotmix dua arah dan banyak bangunan megah, bahkan jika malam tiba, jutaan lampu warna-warni berkelap-kelip memancarkan keindahan yang bisa menarik siapa pun untuk mengunjunginya. Namun di kawasan perbatasan, hanya ada penerangan sekedarnya menggunakan penerangan dengan minyak gas, damar dan sejenisnya. Hal itu menyebabkan desa-desa tersebut pada umumnya masih sangat terisolir, tertinggal, dan terbelakang dengan tingkat kesejahteraan penduduk rendah. Fenomena itu disebabkan terbatasnya ketersediaan sarana transportasi, informasi, dan komunikasi. Kondisi ini berakibat pada ketergantungan hidup penduduk perbatasan dengan negara tetangga masih sangat tinggi,
               Sungguh ironi memang, kondisi inilah yang membuat banyak warga Indonesia di perbatasan memiliki identitas atau ber-KTP ganda, yakni satu identitas bewarga negara Indonesia, sedangkan identitas lainnya tercatat sebagai warga negara tetangga. Hal ini dilakukan warga agar mereka mudah keluar dan masuk ke negeri orang, karena di negeri itu tercukupi segala kebutuhan yang diinginkan, baik untuk keperluan jual beli maupun keperluan pribadi, bahkan yang lebih mencengangkan dan harus menjadi perhatian pemerintah pusat dan daerah, banyak warga perbatasan yang eksodus (bersama-sama orang banyak pindah warga negara).
               Persoalan yang mendera warga di daerah perbatasan itu akibat dari keterisoliran mereka yang dibiarkan selama puluhan tahun oleh pemerintah. Selain itu batas kepulauan yang ada di Indonesia selama ini tidak dilengkapi dengan pagar atau pembatas yang menjadi rambu-rambu bagi negara lain jika memasuki wilayah NKRI. Akibatnya, sering terjadi insiden warga negara asing memasuki wilayah teritorial Indonesia baik di kawasan darat maupun laut.
Untuk mengatasi ini, pemerintah tidak bisa bekerja sendiri, namun perlu campur tangan masyarakat pedalaman (perbatasan), sehingga perbatasan bukan menjadi pintu belakang seperti yang terjadi selama ini, namun perbatasan harus menjadi beranda depan negara. Penanganan perbatasan bukan hanya menjadi isu kabupaten dan provinsi, namun juga menjadi permasalahan nasional, bahkan telah menjadi isu internasional.
Masalah yang cukup komplek dan berat antarawilayah pusat dan perbatasan yang terlihat yaitu berupa:
1. Kesenjangan dalam perkembangan sosial ekonomi yang mencolak antarwilayah, antardesa, antarkota, dan antarsektor ekonomi.
2. Kurangnya peranan dan keterkaitan sektor moderen terhadap sektor tradisional.
3. Terbatasnya sumber daya manusia baik secara kualitas maupun kuantitas.
4. Masih rendahnya tingkat aksesibilitas wilayah dan kurangnya kemudahan terhadap fasilatas berusaha, sehingga menjadi kendala menarik investasi.
5. Terbatasnya infrastruktur berupa sarana dan prasarana.
6. Keadaan topografi yang berat, sebagian besar gunung-gunung, sehingga sulit dijangkau program pembangunan.
Nasib warga di perbatasan yang sangat memprihatinkan dapat ditilik melalui fasilitas pendidikan, kesehatan, dan lainnya yang masih minim. Masih banyak desa yang terisolir karena tidak memiliki akses jalan darat. Bahkan ada beberapa desa yang tidak bisa ditempuh melalui jalan air maupun jalan darat, sehingga untuk mencapai daerah tertentu harus menggunakan pesawat terbang.
Melihat realita kawasan perbatasan tersebut tentu saja akan menjadi pemicu munculnya rasa prihatin dari semua pihak yang peduli dan menaruh perhatian terhadap pembangunan kawasan perbatasan. Hali itu mengingat betapa penting dan strategisnya peranan kawasan perbatasan, baik dari sudut pandang ekonomi, sosial, budaya maupun dari sudut pandang pertahanan dan keamanan serta kedaulatan negara.
Dari segala bentuk permasalahan baik politik, agama, sosial, ekonomi maupun kemanusiaan, sebenarnya memiliki persamaan yakni dimulai dari ketidakadilan yang diterima oleh masyarakat Indonesia pada umumnya sehingga menimbulkan ketidakpuasan terhadap pemerintah pusat. Kondisi itulah yang membuat munculnya gerakan separatisme yang mengemuka di daerah-daerah perbatasan. Mereka memperjuangkan haknya dengan jalan pintas seperti yang dilakukan oleh Papua dan Aceh.
Untuk mencegah ancaman disintegrasi bangsa harus diciptakan stabilitas keamanan yang mantap dan dinamis dalam rangka mendukung integrasi bangsa serta menegakkan peraturan hukum sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Lemahnya penegakan hukum serta sistem keamanan wilayah perbatasan harus menjadi perhatian utama. Pengamanan wilayah NKRI harus dilakukan melalui pendekatan beberapa aspek, terutama aspek demarkasi dan delimitasi garis batas negara. Pengamanan wilayah NKRI juga dapat dilakukan melalui pendekatan pembangunan kesejahteraan, politik, hukum, dan keamanan dalam program pembangunan nasional. Pembangunan nasional yang diharapkan dapat menghasilkan kemajuan di berbagai bidang kehidupan masyarakat.
Di sadari atau tidak, peran masyarakat daerah perbatasan sebenarnya memiliki peranan sentral dalam proses pertahanan dan keamanan negara, khususnya di wilayah perbatasan. Sebenarnya dalam proses penjagaan di daerah perbatasan tidaklah perlu mengerahkan tentara yang banyak untuk berjaga di sana. Cukup berilah perhatian penuh pada masyarakat tertinggal yang hidup di perbatasan tersebut, cukupi kebutuhannya dan buka akses jalan, berikan teknologi dan  pendidikan yang layak, buat mereka percaya terhadap pemerintah dan tumbuhkan semangat cinta tanah air dalam benak mereka. Jika sudah demikian maka tanpa disuruh  mereka akan dengan sendirinya menjaga pulau dan daerah mereka dari ancaman negara luar dengan sendirinya.
Selain itu, untuk meningkatkan dan mengembangkan sektor pertanian yang ada di daerah perbatasan, pemerintah bisa memberdayakan penduduk yang ada di perbatasan dengan membuat pos-pos penjagaan yang tidak hanya dijaga oleh tentara saja, melainkan warga setempat juga. Berilah pengertian pada masyarakat setempat bahwa orang asing selama ini telah memanfaatkan bumi Indonesia. Selain itu, pos-pos yang dibangun di sekitar daerah perbatasan bisa dimanfaatkan untuk kepentingan umum, misalnya dengan membuka akses perdagangan laut, dengan melakukan proses jual beli, dan membuka pasar-pasar tradisional. Jika hal itu diterapkan dan dikelola dengan baik, maka akan terjalin hubungan yang saling menguntungkan kedua belah pihak. Warga bisa mendapat keuntungan materil, para anggota TNI bisa melakukan pengawasan dengan baik, dan negara asing pun jika ingin melakukan jual beli di daerah perbatasan juga di perbolehkan. Dengan hal itu, kita bisa mewujudkan keutuhan bangsa Indonesia yang bersatu, demokratis, adil, makmur, dan sejahtera secara merata di seluruh pelosok tanah air


Educating Teens Strategic
Nur Lailatun Ni'mah

Today the problem of juvenile delinquency is a complex and serious problem that happens everywhere and took a lot of public attention.
Acts of juvenile delinquency are likely to increase even beyond reasonable limits. Nothing could be more cases of juvenile delinquency has increased along the development of globalization and the increasingly sophisticated information technology. This is a tragic reality that must be faced by a teenager at this time when teens are not ready to equip ourselves with the tools of morality.
If we are a little glimpse into the rear, would not be an adolescent teenager anciently was strategic, that adolescents who are able to put themselves in a central position in life, character, critical and intelligent.
Teenagers or young men in every phase of ancient history are as an activator of the changing times. However, when compared with today, we see many teenagers who adopt the system of the western lifestyle, where ethics begin oriental slowly dashed. Teens today tend consumptive, instant and emotional.
So what steps should we do to restore youth to the central position and how we should educate teenagers strategic?
Looks like we have to agree if the first step we should do to tackle juvenile delinquency is to identify the root cause or causes of juvenile delinquency itself. In this case it could be because of several factors that trigger the problem, we see problems that commonly occur in adolescents: (1) The existence of problems or conflicts is buried and an identity crisis, (2) lack of supervision and parental affection, and (3) failure educational process at school.
Adolescence is a period when someone searches for identity feelings tend to be unstable and difficult to regulate emotions. Thus adolescence is vulnerable to conflicts of pique small-buried resentment and one day will explode into a separate problem. A teenager who failed to resolve the conflict usually will run on negative things, such as alcohol and drugs are regarded as the best solution to overcome the problems being faced. In addition, juvenile delinquency is also triggered because of an identity crisis. In adolescence is often appearing negative behavior. Starting from feeling insecure, not confident and do not feel worthy, then they make it happen with other measures which seemed to make him more valuable, by seeking recognition and attention from the environment and her friends. From this came the fights between teenagers in order to obtain recognition of their environment.
Juvenile delinquency usually occurs in adolescents who failed to undergo the processes of development of his soul, both as a teenager and in his childhood. Damage morals of a child and teenager can result from one of the mistakes of their parents as in terms of educating a child too hard, the family who is having problems. This is where the important role of parents in controlling and supervising the baby, many parents today think that with the facilities and material that they provide enough represented in replacing their role at home, though a very youth need is attention and affection from both their parents. That need to be remembered by both parents is that if a child or adolescent get less attention from parents, chances are she will grow into a child and adolescent temperamental. The child want be free in doing all things without any control.
In addition, the failure of the education / learning can lead to juvenile delinquency. Because education has a very important role in the lives of especially the youth, because with education can change something that is not good for the better, education as an indicators of the first and foremost. Where education becomes a source of all knowledge, and various scientific needed by humans in building a nation. The higher the value of science, the more advanced civilization as well, which means the advancement of a nation. But the education available today, many have deflection. Judging from the definition alone, which was originally a form of educational guidance to enhance self-knowledge and capacity, are now beginning to shift into a form of degree of social identity. Many educated person so as not to lose prestige, just to get social status.
Formal institutions and non-formal education was just being a haven from the house back to the house. And the learning processes just spare time filler. Implementation of the education process has now become a process that does not change the alias monotonous. Teachers come to school to teach by teaching the same. So it is with students, they come to school, listening to the explanation and then come home. It is a learning process that took place without any changes. Until we see a peak in recent mass media frequently reported criminal acts occurring in educational institutions, especially formal institutions. As fighting among students, sexual harassment in schools, the circulation of pornographic video movies and other students, would not this show that the education that had been expected to be able minimize occurrence of juvenile delinquency has become a container or in the media as a trigger-dido other juvenile delinquency.
The best solution to educate youth that the strategic sense, it seems that the first is we must change the education system.
Not only from a teacher (educator at school) but also for the parents (educators at home). For parents, they must realize that the essence of a teenager doing the naughtiness or criminal acts that constituted because they want attention and are considered important (recognized) by the surrounding environment. In this case the parents took an active role in educating their children. Because of the attention and little action they do will affect the child psychologies.
Simple things parents can do, such as when children come home from school enthusiastically welcome him, ask how his lessons at school, how do her homework, she approached invite him to tell each other, if they see a child is depressed, ask him what the problem is, so people Parents can find out how the condition of the child and provide the best solutions for them. With this can help prevent the children to move closer to drugs / alcohol to cope with any problem.
The most important thing for parents to remember is do not ever expect him to be good if not better parents themselves. Sometimes parents often demand many things from the child but they forgot to give a good example for the child. For example, parents forbid children to smoke, but they themselves smoked. Parents forbid their children fight, but they themselves fight in front of her son. If it is so, how children grow well? Without realizing it children or adolescents often learn through examples that they see everyday. Learning by example is usually bigger role than we thought. So if you want to see the child to grow well, give good examples as well.
In addition to parents, education also plays an important role on the lives of teenagers. However, what kind of education which is duly required to meet these needs? education is needed youth today is a dynamic education, education that is relevant to his time and be able to escort the teens live their lives with healthy, in terms of sound mind and body, character and morality.
In addition, to overcome all the problems that held today teenagers, should we return all of these issues to religious education as a solution or best solution? Religious education is important for adolescents, because it is the pure doctrine comes from God which is based on the Quran and as-Sunnah. By equipping a strong religious education in adolescents, this will help young people to fortify themselves in a teenager from the bad influence the changing times.
Islamic religious education holds an important aspect in human life because education is a way of life for human beings to perfection of human character as written in a hadith which says that Allah revealed Islam in this world is the perfection of human morality. And thus can say that much moral degradation that occurs in young people today because of the lack of religious education they receive. We see in schools, religious instruction began shifting to non-religious subjects. Yet we know that real science will not be balanced without the underlying with religious education. For that the education system needs a dynamic, capable of optimizing the teaching of religion in schools so that the non-religious education and religious balance that can happen to walk together in the learning process at school, so that the youth are not only experts in the field of non-religious but also rich will be a qualified religious knowledge, so that after all the bad influence the changing times will not affect the lives of teenagers.
Every effort is also the best solution we must continue to try for the sake of change and strategic adolescent mental improvement, so that young adults are able to re-position themselves in a good position as the successor of the nation, independence filler tough and reliable, as stated in the hadith that "advanced
a nation depends on its youth. " Is not youth Indonesia has a history of a very large capital for the birth and development of the nation. Starting from the national revival (1908), oath youth (1928), the proclamation of independence (1945), crushing the PKI rebellion (1948) and (1965), until the reform movement in 1998. Besides, history is also recorded if the youth are not forced Sukarno and Hatta declared Indonesia's independence in 1945 possibly until this time Indonesia was still colonized.
And now are the time young people not only as an operator in a generation that failed. But it's time to show that the occurrence minimize juvenile delinquency will trigger the rise of the leaders of the younger generation full of spirit and tend to bring about change. Is not revolution in the culture and way of looking at managing the nation must begin by creating a new habitual in behave, especially in the younger generation. So the youth can get up to be a teenagers or young man strategically, educated and not a teenager who "tragic", which tends to dissolve in the flow of modernization and have a negative impact on the life of nation and state.
Like a layout of a city, then the teen is most strategic region as the center of town at once an icon of civilization. So it is appropriate that teens today are a great hope for the development of a nation. []


















Remaja yang Strategis bukan Tragis


Mendidik Remaja Yang Strategis
Nur Lailatun Ni’mah

Dewasa ini masalah kenakalan remaja adalah merupakan masalah kompleks dan serius yang terjadi dimana-mana dan menyita banyak perhatian publik. Tindak kenakalan remaja yang cenderung meningkat bahkan melebihi batas sewajarnya. Tidak dapat dipungkiri lagi bahwa kasus-kasus kenakalan remaja semakin meningkat seiring berkembangnya arus globalisasi dan teknologi informatika yang semakin canggih. Inilah suatu kenyataan tragis yang harus dihadapi oleh seorang remaja saat ini manakala remaja belum siap membekali diri dengan piranti-piranti moralitas.
Jika kita sedikit menilik ke belakang, bukankah remaja zaman dahulu adalah merupaka remaja yang strategis, yaitu remaja yang mampu menempatkan diri pada posisi sentral dalam kehidupan, berkarakter, kritis dan cerdas. Remaja atau pemuda zaman dahulu dalam setiap fase sejarah adalah sebagai motor penggerak perubahan zaman. Akan tetapi, jika dibandingkan dengan saat ini, kita melihat banyaknya sistem remaja yang mengadopsi gaya hidup bangsa barat, dimana etika ketimuran berlahan mulai pupus. Remaja saat ini cenderung konsumtif, instan dan emosional.
Lantas langkah apa yang seharusnya kita lakukan untuk mengembalikan remaja kepada posisi sentral dan bagaimana seharusnya kita mendidik remaja yang strategis?
Sepertinya kita harus sepakat kalau langkah pertama yang harus kita lakukan dalam menanggulangi kenakalan remaja adalah mengidentifikasi akar permasalahan atau penyebab terjadinya kenakalan remaja itu sendiri. Dalam hal ini bisa jadi karena adanya beberapa faktor yang memicu permasalahan, tarulah masalah yang umumnya terjadi pada remaja: (1) Adanya masalah atau konflik yang dipendam dan krisis identitas, (2) kurangnya pengawasan dan kasih sayang orang tua, dan (3) gagalnya proses pendidikan di sekolah.
Masa remaja adalah masa dimana seseorang mencari jati diri, perasaannya cenderung labil dan sulit untuk mengatur emosi. Sehingga masa remaja rentan terhadap konflik dari kekesalan-kekesalan kecil yang dipendam dan suatu saat akan meledak menjadi masalah tersendiri. Seorang remaja yang gagal menyelesaikan konfliknya biasanya akan lari pada hal-hal negatif, seperti minuman keras dan narkoba yang dianggapnya sebagai solusi terbaik untuk mengatasi permasalahan yang sedang dihadapi. Disamping itu, kenakalan remaja dipicu juga karena adanya krisis identitas. Pada masa remaja inilah sering muncul perilaku negatif. Berawal dari perasaan minder, tidak percaya diri dan tidak merasa berharga, lantas mereka mengkompensasiskannya dengan tindakan lain yang seolah-olah membuat dia lebih berharga. Misalnya dengan mencari pengakuan dan perhatian dari lingkungan dan teman-temannya. Dari sinilah muncul perkelahian antar remaja demi mendapatkan pengakuan dari lingkungannya.
Kenakalan remaja biasanya terjadi pada remaja yang gagal dalam menjalani proses-proses perkembangan jiwanya, baik pada saat remaja maupun pada masa kanak-kanaknya. Bobroknya moral seorang anak dan remaja bisa diakibatkan salah satu kesalahan dari orangtuanya seperti dalam hal mendidik anak terlalu keras, keluarga yang sedang bermasalah. Di sinilah peran penting orang tua dalam mengontrol dan mengawasi sang buah hati, banyak orang tua saat ini berfikir bahwa dengan fasilitas dan materi yang mereka berikan sudah cukup mewakili dalam menggantikan peran mereka di rumah, padahal yang sangat remaja butuhkan adalah perhatian dan kasih sayang dari kedua orangtua mereka. Yang perlu diingat oleh kedua orang tua adalah jika seorang anak atau remaja kurang mendapatkan perhatian dari orangtua, besar kemungkinan dia akan tumbuh menjadi seorang anak dan remaja yang temperamental. Sang anak menjadi bebas dalam melakukan segala hal tanpa kontrol.
Selain itu juga gagalnya proses pendidikan/pembelajaran dapat memicu terjadinya kenakalan remaja. Karena pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan khususnya para remaja, karena dengan pendidikan dapat mengubah sesuatu yang tidak baik menjadi lebih baik. Pendidikanlah yang menjadi indikator yang pertama dan yang paling utama. Dimana pendidikan menjadi sebuah sumber dari segala pengetahuan dan pelbagai keilmuan yang dibutuhkan oleh manusia dalam membangun suatu bangsa. Semakin tinggi nilai keilmuan, maka semakin maju pula peradaban, yang berarti majunya suatu bangsa. Akan tetapi pendidikan yang ada saat ini, banyak mengalami pembelokan. Ditinjau dari defmisi saja, pendidikan yang semula merupakan bentuk bimbingan untuk meningkatkan ilmu pengetahuan dan kapasitas diri, kini mulai bergeser menjadi suatu bentuk identitas derajat social. Banyak pribadi yang mengenyam pendidikan agar tidak kalah gengsi, sekedar untuk mendapatkan status sosial.
Lembaga-lembaga formal dan non-formal pun sekedar menjadi tempat singgah dari rumah kembali lagi ke rumah. Dan proses pembelajaran sekedar menjadi pengisi waktu luang. Pelaksanaan proses pendidikan kini telah menjadi sebuah proses yang tidak mengalami perubahan alias monoton. Guru datang ke sekolah untuk mengajar dengan cara pengajaran yang sama. Begitu pula dengan siswa, mereka datang ke sekolah, mendengarkan penjelasan lalu pulang ke rumah. Sebuah proses pembelajaran yang berlangsung tanpa adanya perubahan. Hingga puncaknya kita lihat akhir-akhir ini media massa sering memberitakan berbagai tindak kriminal yang terjadi di lembaga pendidikan, terutama lembaga formal. Seperti perkelahian antar pelajar, pelecehan seksual di sekolah, peredaran film video porno pelajar dan lain sebagainya, bukankah hal ini menunjukkan bahwa dunia pendidikan yang tadinya di harapkan mampu meminimis terjadinya kenakalan remaja malah menjadi wadah atau media sebagai pemicu terjadinya kenekalan-kenakalan remaja lainnya.
Solusi terbaik untuk mendidik remaja yang strategis rasa-rasanya yang pertama adalah kita harus merubah sistem pendidikan. Baik pendidikan melalui guru (pendidik di sekolah) maupun orang tua (pendidik di rumah). Bagi orang tua, mereka harus menyadari bahwa pada intinya seorang remaja melakukan kenakalan-kenakalan atau tindak kriminal itu didasari karena mereka ingin diperhatikan dan dianggap penting (diakui) oleh lingkungan di sekitarnya. Dalam hal ini orang tua mengambil peran penting dalam mendidik anaknya. Karena dengan perhatian dan tindakan kecil yang mereka lakukan akan berpengaruh pada pesikologis anak.
Hal sederhana yang bisa di lakukan orang tua seperti saat anak pulang sekolah sambutlah dia dengan antusias, tanyakan bagaimana pelajarannya di sekolah, bagaimana PR-nya, dekati dia ajaklah dia untuk saling bercerita, jika melihat anak sedang murung, tanyakan dia apa masalahnya, sehingga orang tua bisa mengetahui bagaimana kondisi sang anak dan memberikan solusi terbaik untuk mereka. Dengan hal ini dapat membantu mencegah anak-anak untuk beralih mendekati narkoba/miras untuk mengatasi segala masalahnya.
Hal terpenting yang harus diingat bagi orang tua yaitu jangan sekali-kali berharap anaknya menjadi baik jika orang tuanya sendiri belum baik. Kadang-kadang orang tua sering menuntut banyak hal dari sang anak akan tetapi mereka lupa memberikan contoh yang baik bagi si anak. Misalnya, orang tua melarang anak untuk merokok, tapi mereka sendiri merokok. Orang tua melarang anaknya bertengkar, tapi mereka sendiri bertengkar di depan anaknya. Jika sudah demikian, bagaimana anak tumbuh dengan baik? Tanpa disadari anak atau remaja sering kali belajar melalui contoh yang mereka lihat sehari-hari. Belajar melalui contoh biasanya lebih besar peranannya daripada yang kita duga. Jadi jika anda ingin melihat anak dapat tumbuh dengan baik, maka berilah contoh yang baik pula.
Selain orang tua, pendidikan juga memegang peranan penting terhadap kehidupan remaja. Namun, pendidikan macam apa yang sepatutnya dibutuhkan demi memenuhi keperluan tersebut? pendidikan yang di butuhkan remaja saat ini adalah pendidikan yang dinamis, yaitu pendidikan yang relevan dengan zamannya dan mampu mengantar para remaja menjalani hidupnya dengan sehat, dalam artian sehat jasmani dan rohani, berkarakter dan berakhlak mulia.
Selain itu, untuk mengatasi semua problema remaja yang ada saat ini, hendaknya kita kembalikan semua permasalahan ini kepada pendidikan agama sebagai pemecahan atau solusi terbaik. Pendidikan agama dirasa penting bagi remaja, karena merupakan ajaran yang murni bersumber dari tuhan yang di dasarkan pada al-quran dan as-sunnah. Dengan membekali pendidikan agama yang kuat pada remaja, hal ini akan membantu remaja dalam membentengi diri seorang remaja dari pengaruh buruk perubahan zaman.
Pendidikan agama islam memegang aspek penting dalam kehidupan manusia karena pendidikan adalah pedoman hidup bagi manusia untuk penyempurna akhlak manusia sebagaimana tertulis dalam sebuah hadist yang mengatakan bahwa Allah menurunkan islam di dunia ini adalah sebagai penyempurna akhlaq manusia. Sehingga dengan demikian bisa dikatakana bahwa banyaknya degradasi moral yang terjadi pada kaum remaja saat ini karena kurangnya pendidikan agama yang mereka terima. Kita melihat di sekolah-sekolah, pelajaran agama mulai tergeser dengan pelajaran non agama. Padahal kita tahu bahwa sesungguhnya ilmu tidak akan seimbang tanpa di landasi dengan pendidikan agama. Untuk itu di butuhkan system pendidikan yang dinamis, yang mampu mengoptimalkan pengajaran agama di sekolah-sekolah sehingga antara pendidikan non agama dan agama terjadi keseimbangan yang bisa berjalan bersama dalam proses pembelajaran di sekolah, sehingga kaum remaja tidak hanya ahli di bidang non agamis tapi juga kaya akan pengetahuan agama yang mumpuni, sehingga bagaimanapun pengaruh buruknya perubahan zaman tidak akan mempengaruhi kehidupan remaja.
Segala usaha juga solusi terbaik memang harus terus kita coba demi perubahan dan perbaikan mental remaja yang strategis, sehingga remaja dewasa ini mampu kembali menempatkan diri pada posisi yang baik sebagai penerus bangsa, pengisi kemerdekaan yang tangguh dan dapat diandalkan, sebagaimana tertuang dalam hadist bahwa "maju mundurnya suatu bangsa tergantung pada para pemudanya". Bukankah kaum muda Indonesia memiliki modal sejarah yang sangat besar bagi kelahiran dan pembangunan bangsa. Dimulai dari kebangkitan nasional (1908), sumpah pemuda (1928), proklamasi kemerdekaan (1945), penumpasan pemberontakan PKI (1948) dan (1965), sampai gerakan reformasi di tahon 1998. Disamping itu sejarah juga mencatat jika pemuda tidak mendesak Soekarno dan Hatta mendeklarasikan kemerdekaan Indonesia tahun 1945 mungkin sampai saat ini Indonesia masih terjajah.
Dan sekarang adalah saatnya kaum muda tidak hanya sebagai operator dalam generasi yang gagal. Tapi saatnya menunjukkan bahwa dengan meminimis terjadinya kenakaian remaja akan memicu bangkitnya pemimpin-pemimpin dari generasi muda yang penuh semangat dan cenderung membawa perubahan. Bukankah revolusi kebudayaan dan cara pandang dalam mengelolah bangsa ini harus dimulai dengan menciptakan habitus baru dalam berprilaku, khususnya pada generasi muda. Sehingga dengan demikian, pemuda bisa bangkit menjadi remaja atau pemuda yang strategis, terdidik dan bukan menjadi remaja yang "tragis", yang cenderung larut dalam arus modernisasi dan berdampak negatif pada kehidupan berbangsa dan bernegara.
Ibarat suatu tata letak sebuah kota, maka remaja adalah wilayah paling setrategis sebagai pusat kota sekaligus ikon peradaban. Maka sudah sepantasnya remaja hari ini adalah merupakan harapan besar bagi perkembangan suatu bangsa. []